MINTA TOLONG DENGAN JIN Tanya Jawab
Assalamualaikum
Bismillahirrahmanirrahim
PERTANYAAN :
Saya punya khadam jin muslim, apakah boleh saya meminta bantuan dan perlindungan kepadanya?
JAWABAN :
Mempunyai khadam (pembantu) manusia itu boleh, baik muslim atau non muslim. Tetapi mempunya khadam jin, baik muslim atau non muslim akan mendatangkan dosa dan keslahan, karena manusia yang terlihat saja ada yang munafik, apa lagi jin yang tidak terlihat, mereka lebih licik lagi. Dan meminta perlindungan dan pertolongan kepada jin hhukumnya haram
Allah berfirman dalam Al Quran surat Al Jin :
Mempunyai khadam (pembantu) manusia itu boleh, baik muslim atau non muslim. Tetapi mempunya khadam jin, baik muslim atau non muslim akan mendatangkan dosa dan keslahan, karena manusia yang terlihat saja ada yang munafik, apa lagi jin yang tidak terlihat, mereka lebih licik lagi. Dan meminta perlindungan dan pertolongan kepada jin hhukumnya haram
Allah berfirman dalam Al Quran surat Al Jin :
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ اْلإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa (ketakutan).” (QS. Al-Jin: 6).
Mengomentari ayat tersebut, Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al-Qar’awi berkata, “Ayat yang mulia ini menunjukkan keharaman isti’adzah (meminta perlindungan) kepada selain Allah, oleh karena itulah isti’adzah merupakan ibadah, dan mempersembahkan ibadah kepada selain Allah merupakan kemusyrikan”. (Al-Jadid Syarh Kitab At-Tauhid, hlm. 121).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi berkata, “Bahwa keadaan sesuatu yang menghasilkan manfaat duniawi, yang berupa tertolaknya keburukan atau datangnya kebaikan, tidaklah menunjukkan bahwa hal itu tidak termasuk syirik.” Syaikh Al-‘Utsaimin menjelaskan perkataan di atas dengan mengatakan, “Makna perkataan beliau: bahwa sesuatu itu terkadang termasuk syirik, walaupun padanya menghasilkan manfaat bagimu. Maka terjadinya manfaat tidaklah memastikan ketiadaan syirik. Manusia memang terkadang mendapatkan manfaat dengan sesuatu yang syirik. Cotohnya: Jin terkadang dapat melindungimu, tetapi (minta perlindungan kepada jin) ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat. Contoh lainnya: Seseorang terkadang bersujud kepada raja, lalu raja itu memberikan berbagai harta benda dan istana-istana kepadanya. Ini merupakan syirik, walaupun padanya terdapat manfaat.” (Al-Qaulul Mufid, 1/258; karya Syaikh Al-‘Utsaimin).
Imam Ibnu Katsir membawakan beberapa penjelasan para ahli tafsir tentang ayat ini. Di antaranya sebagai berikut.
As-Suddi mengatakan, “Dahulu seorang laki-laki keluar dengan keluarganya, lalu mendatangi suatu tempat, lalu singgah di di sana, lalu dia mengatakan, ‘Aku berlindung kepada tuan (penguasa) lembah ini dari jin yang menggangguku atau hartaku, atau anakku atau ternakku.’”
Ikrimah mengatakan, “Dahulu jin merasa takut -atau lebih takut- kepada manusia sebagaimana manusia takut kepada jin. Jika mereka (manusia) singgah di suatu lembah, jin lari. Lalu pemimpin rombongan manusia itu mengatakan, ‘Kami berlindung kepada tuan (penguasa jin) yang tinggal di lembah ini.’ Maka jin mengatakan, “Kita melihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka.” Kemudian jin mendekati manusia dan menimpakan kegilaan kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, surat Al-Jin: 6).
Mulla Ali Al-Qari Al-Hanafi mengatakan, “Tidak boleh isti’adzah (minta perlindungan) kepada jin, karena Allah Ta’ala telah mencela orang-orang kafir terhadap hal itu –lalu beliau menyebutkan ayat 6 surat Al-Jin- dan Allah juga berfirman,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.’ Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah berfirman, ‘Neraka itulah tempat tinggal kamu, dan kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).’ Sesungguhnya Rabb-mu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 128).
Adapun manusia mendapatkan kesenangan dari jin yaitu: di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan memberitahukan sesuatu dari perkara-perkara yang ghaib. Sedangkan jin mendapatkan kesenangan dari manusia yaitu: pengangungan manusia kepada jin, isti’adzah (minta perlindungan) manusia kepada jin, dan ketundukan manusia kepada jin.” (Dinukil dari Fathul Majid, hlm. 146, penerbit: Dar Ibni Hazm).
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Barangsiapa menyembelih binatang untuk setan, berdoa kepadanya, ber-isti’adzah (minta perlindungan) kepadanya, mendekatkan diri kepadanya dengan apa yang disukai olehnya, maka dia telah menyembah (beribadah kepada) setan. Walaupun dia menamakannya dengan istikhdam (mencari pelayanan/ khadam). Dan dia memang benar, itu adalah istikhdam dari setan terhadapnya, sehingga dia menjadi termasuk para khadam (pelayan) dan penyembah setan, dan dengan itulah setan melayaninya (menjadi khadam-nya). Tetapi pelayanan setan terhadapnya bukanlah pelayanan ibadah (ketundukan), karena setan tidak akan tunduk kepadanya dan tidak akan menyembahnya, sebagaimana dia lakukan terhadap setan”.
As-Suddi mengatakan, “Dahulu seorang laki-laki keluar dengan keluarganya, lalu mendatangi suatu tempat, lalu singgah di di sana, lalu dia mengatakan, ‘Aku berlindung kepada tuan (penguasa) lembah ini dari jin yang menggangguku atau hartaku, atau anakku atau ternakku.’”
Ikrimah mengatakan, “Dahulu jin merasa takut -atau lebih takut- kepada manusia sebagaimana manusia takut kepada jin. Jika mereka (manusia) singgah di suatu lembah, jin lari. Lalu pemimpin rombongan manusia itu mengatakan, ‘Kami berlindung kepada tuan (penguasa jin) yang tinggal di lembah ini.’ Maka jin mengatakan, “Kita melihat mereka (manusia) takut kepada kita sebagaimana kita takut kepada mereka.” Kemudian jin mendekati manusia dan menimpakan kegilaan kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, surat Al-Jin: 6).
Mulla Ali Al-Qari Al-Hanafi mengatakan, “Tidak boleh isti’adzah (minta perlindungan) kepada jin, karena Allah Ta’ala telah mencela orang-orang kafir terhadap hal itu –lalu beliau menyebutkan ayat 6 surat Al-Jin- dan Allah juga berfirman,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.’ Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah berfirman, ‘Neraka itulah tempat tinggal kamu, dan kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).’ Sesungguhnya Rabb-mu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 128).
Adapun manusia mendapatkan kesenangan dari jin yaitu: di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan memberitahukan sesuatu dari perkara-perkara yang ghaib. Sedangkan jin mendapatkan kesenangan dari manusia yaitu: pengangungan manusia kepada jin, isti’adzah (minta perlindungan) manusia kepada jin, dan ketundukan manusia kepada jin.” (Dinukil dari Fathul Majid, hlm. 146, penerbit: Dar Ibni Hazm).
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Barangsiapa menyembelih binatang untuk setan, berdoa kepadanya, ber-isti’adzah (minta perlindungan) kepadanya, mendekatkan diri kepadanya dengan apa yang disukai olehnya, maka dia telah menyembah (beribadah kepada) setan. Walaupun dia menamakannya dengan istikhdam (mencari pelayanan/ khadam). Dan dia memang benar, itu adalah istikhdam dari setan terhadapnya, sehingga dia menjadi termasuk para khadam (pelayan) dan penyembah setan, dan dengan itulah setan melayaninya (menjadi khadam-nya). Tetapi pelayanan setan terhadapnya bukanlah pelayanan ibadah (ketundukan), karena setan tidak akan tunduk kepadanya dan tidak akan menyembahnya, sebagaimana dia lakukan terhadap setan”.
(Dinukil dari Fathul Majid, hlm. 147, penerbit: Dar Ibni Hazm)
Wallahu a'lam bishshawab
Wallahu a'lam bishshawab
0 komentar:
Posting Komentar